Wednesday, April 24, 2013

teknik isolasi ,identifikasi ,perbanyakan , dan pemeliharaan


BAB I
PENDAHULAN

1.1  Latar belakang
           Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat baktri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain.Populasi mikroorganisme yang ada di alam sekitar kita ini ssangatlah besar dan cukup kompleks. Beratus spesies mikroba menguasai setiap bagian tubuh kita. Mereka terdapat dalam jumlah yang cukup basar. Sebagai contoh, sekali kita bersin dapat mnebarkan beribu- ribu mikroorganisme.
          Penelitian yang layak mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau yang biasanya dikenal dengan istilah biakan campuran, menjadi spsies yang berbeda- beda yang bikenal dengan istilah biakan murni. Biakan murni in teerdiri dari satu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk (Pelczar, 1986).
        Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, kapng dan sebagainya. Populasi dari mikroba yang ada di linkungan ini sangatlah beraneka ragam sehinga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni yang tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk menngisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resisten terhadap suatu antibiotik.
diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, substrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, jamur, kapang dll. Populasi mikroba di lingkungan sangan beranekaragam sehingga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk mengisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resistem terhadap suatu antibiotik.atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk bioremediasi holokarbon (Ferdiaz, 1992).

1.2  Masalah
 Adapun masalah dari di buatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
·         Apakah yang dimaksud dengan isolasi mikroorganisme?
·         Apa yang di maksud dengan perbanyakan dan bagaimanakah cara mengidentifikasi serta cara pemeliharaan bakteri?

1.3  tujuan
adapun tujuan di buatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
·         agar kita dapat mengetahui tentang isolasi mikroorganisme serta cara melakukannya
·         agar kita dapat mengetahui cara memperbanyak bakteri serta cara mengidentifikasi dan cara pemeliharaannya

1.4  manfaat
adapun manfaat dari di buatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
·         memudahkan pembaca ketika hendak melaksanakan praktikum di laboratorium           mengenai mikroorganisme
·         sebagai pengetahuan dasar bagi pembaca mengenai teknik isolasi, perbanyakan , identifikasi, serta pemelihraan mikroorganisme.



 BAB II
PEMBAHASAN

1.1  Isolasi mikroorganisme
       Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya (Sutedjo, 1996).
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi mikroorganisme adalah
*      Sifat dan jenis mikroorganisme
*       Habitat mikroorganisme
*       Medium pertumbuhan
*       Cara menginokulasi dan inkubasi
*       Cara mengidentifikasi
*       Cara pemeliharaannya


   Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu (Admin, 2008) :

v  Isolasi pada agar cawan

          Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal.. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada cawan agar, yaitu: metode gores kuadrat dan metode agar cawan tuang. Metode gores kuadart bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme dimana setiap koloni baresal dari satu sel. Metode agar tuang berbeda dengan etode gores kuadrat, cawan tuang menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan 50 oC, yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah diatas permukaan/ didalam cawan.

v  Isolasi pada medium cair
     Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
v  Isolasi sel tunggal
        Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.
Adapun prinsp dari metode cawan ini adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada suatu medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan alat bantu seperti mikroskop dan sebagainya. Metode hiting cwan ini merupakan cara yang paling sensitive untuk menentukan jumlah jasad renik karena beberapa hal yaitu:
1.     Hanya sel yang masij hidup yang dihitung
2.    Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus
3.    Dapat digunakan untuk mengisolasi dan identifikasi jasad renik kerena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari suatu jasad renik yang mempunyai penampakan yang spesifik (Muslim, 2011).

·         Berikut ini beberapa sifat-sifat koloni pada agar lempeng mengenai bentuk, permukaan dan tepi yaitu:
§  Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat, berbenang, takteratur seruapa akar dan serupa kumparan
§  Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung, timbil mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah
§  Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang berigi, ada yang berbenang-benang dan ada yang keriting (Dwidjoseputro, 2005).

·         Sedangkan menurut Nuniek isolasi mikroba dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara yaitu:

v  Isolasi mikroba dengan cara penggoresan
      Tujuan utama dari penggoresan ini adalah untuk menghasilkan koloni-koloni bakteri yang  terpisah dengan baik dari suspensi sel yang pekat. Cara ini lebih menguntungkan bila  ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tapi memerlukan ketrampilan yang diperoleh  dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah.  Ada beberapa teknik goresan, antara lain :
  1. Goresan T
  2. Goresan kuadran
  3. Goresan radian
  4. Goresan sinambung (Nuniek, 2001).
v  . Isolasi mikroba dengan cara penaburan
Cara penaburan ( pour plate) merupakan cara yang kedua di samping penggoresan untuk  memperoleh biakan murni dari biakan campuran mikroba. Cara ini berbeda dari cara penggoresan dimana media agar diinokulasi dalam keadaan tetap cair yaitu pada suhu 450C, dan demikian pula koloni-koloni akan berkembang di seluruh media, tidak hanya pada permukaan. Untuk beberapa tujuan hal ini menguntungkan, contohnya dalam  mempelajari pertumbuhan koloni streptococcal pada sel-sel darah merah. Supaya koloni yang tumbuh dalam cawan tidak terlalu banyak ataupun sedikit maka contoh diencerkan hingga beberapa kali pengenceran dan ditaburkan pada beberapa cawan.


2.2 Perbanyakan Mikroorganisme
           Perbanyakan Mikroba dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain dengan Biopestisida. Biopestisida adalah Suatu pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri patogen, virus dan jamur. Pestisida biologi yang saat ini telah banyak dipakai adalah jenis insektisida biologi (mikroorganisme pengendali serangga) dan jenis fungisida biologi (mikroorganisme pengendali jamur). Meskipun jenis-jenis lain seperti bakterisida, nematisida dan herbisida biologi telah banyak diteliti, tetapi saat ini belum banyak dipakai dan juga untuk dikomersilkan.
v  Ada dua teknik perbanyakan mikroba yaitu:

1.secara aerobic (kultur cair,kultur padat)
2.Secara anaerobic (demontrasi)

2.3 Identifikasi mikroorganisme
v  Dalam mengidentifikasian mikroorganisme pada makalah ini di contohkan pada salah satu jenis mikroorganisme yakni bakteri.
Metode untuk mengidentifikasi bakteri ada beberapa macam, di antaranya:
  1. Morfologi Makroskopi   : dilakukan dengan mengamati karakteristik dari pola pertumbuhan mikroorganisme pada media buatan yang diamati dengan mata telanjang (tanpa alat bantu).
  2. Morfologi Mikroskopi    : dilakukan dengan mengamati ukuran, bentuk, isi sel, organel sel, dan susunan sel ketika diamati dengan mikroskop pada perbesaran tertentu.
  3. Karakteristik zat warna (pewarnaan) : kemampuan mikroorganisme untuk biasanya digunakan dengan pemeriksaan secara mikroskopi sebagai bagian dari identifikasi bakteri.
  4. Persyaratan lingkungan : kemampuan mikroorganisme untuk hidup pada berbagai suhu, menggunakan oksigen atau gas lain, pada berbagai tingkat pH, atau pun keberadaan ion dan garam lainnya seperti NaCl.
  5. Persyaratan nutris : kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan berbagai macam sumber karbon dan nitrogen sebagai substrat bernutrisi ketika tumbuh pada keadaan lingkungan tertentu.
  6. Resistens  : menujukkan karakteristik resistensi terhadap antibiotik tertentu, logam berat pada mikroorganisme tertentu
  7. Antig   : menentukan karakteristik mikroorganisme dengan berbagai macam metode serologi dan imunologi
  8. Subseluler  : menentukan bagian – bagian molekuler sel yang menjadi tipe pada beberapa takson, kelompok organisme, dengan menggunakan metode analisis. Contohnya, komponen dinding sel, membran sel, dan komponen dari enzim dari sel membrane
2.4 Pemeliharaan mikroorganisme
Pemeliharaan kultur mikroorganisme umumnya menggunakan medium yang sudah disterilisasi, baik berupa medium cair maupun medium padat dan dilakukan secara aseptik. Penyimpanan dan pemeliharaan kultur cair yaitu dengan menumbuhkan suatu kultur mikroorganisme dalam suatu medium cair dengan suhu dan waktu inkubasi tertentu tergantung pada jenis mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme ditandai dengan adanya kekeruhan, bentuk cincin, pelikel, dan flokulen serta ada tidaknya endapan. Kultur cair dapat disimpan dengan cara dibekukan atau dikeringkan sehingga sel-sel mikroorganisme berada dalam keadaan dorman yaitu tidak dapat tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak mati. Penyimpanan dan pemeliharaan kultur padat yaitu dengan menumbuhkan suatu kultur mikroorganisme dalam suatu media padat, baik dengan metode agar miring, agar tegak maupun agar cawan.
Agar dapat mempelajari sifat pertumbuhan dari masing-masing jenis mikroorganisme, maka setiap mikroorganisme yang berbeda dipisahkan satu dengan yang lainnya, sehingga terbentuk suatu kultur murni yang disebut isolat. Kultur murni yaitu suatu biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu spesies atau satu galur mikroorganisme. Kultur murni dapat diperoleh dengan cara isolasi baik dengan menggunakan metode gores (streak), metoda tanam (plant), metoda tusuk (stab), dan metoda tuang.
Salah satu cara dalam penyimpanan dan pemeliharaan mikroba adalah dengan cara peremajaan berkala. Peremajaan yakni dengan cara memindahkan atau memperbaharui biakan mikroorganisme dari biakan lama ke media tumbuh yang baru secara berkala. Pertumbuhan suatu mikroba dapat ditinjau dari 2 segi :
-          pertumbuhan dari segi sel sebagi indifidu
-          pertumbuhan dari segi kelompok sebagai suatu populasi
Pertumbuhan populasi diartikan sebagai adanya penambahan volume serta bagian-bagian lainnya yang diartikan juga penambahan kuantitas atau kandungan didalam selnya. Sedangkan pertumbuhan populasi merupakan akibat dari adanya pertumbuhan individu, misalkan dari satu sel menjadi dua, dari dua menjadi empat, dan seterusnya hingga jumlahnya mencapai tujuan.
Tetapi pada mikroba pertumbuhan individu (sel) dapat berubah menjadi pertumbuhan populasi sehingga batas antara pertumbuhan sel sebagai individu dan satu kesatuan populasi yang kemudian terjadi kadang-kadang karena terlalu cepat perubahannya sehingga sulit untuk diamati.
Adapun temperatur merupakan salah satu faktor untuk mempengaruhi mikroba batas temperatur bagi kehidupan mokroba terletak antara 0 - 900 C. Batas temperatur bagi miokroba dibagi 3, yaitu:
-          Minimum
-          Optimum
-          Maksimum














BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan

v         Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan.
v  Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi mikroorganisme adalah:

o   Sifat dan jenis mikroorganisme
o    Habitat mikroorganisme
o    Medium pertumbuhan
o    Cara menginokulasi dan inkubasi
o    Cara mengidentifikasi
o    Cara pemeliharaannya
v    Perbanyakan Mikroba dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain dengan Biopestisida. Biopestisida adalah Suatu pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri patogen, virus dan jamur.
v  Pemeliharaan kultur mikroorganisme umumnya menggunakan medium yang sudah disterilisasi, baik berupa medium cair maupun medium padat dan dilakukan secara aseptik.

3.2 saran
Adapun saran dari penulis kepada pembaca dalam makalah ini agar pembaca dapat emberikan masukan yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Monday, April 15, 2013

laporan vermes

BAB I                
    
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Bangsa vermes merupakan bangsa cacing-cacingan. Bangsa ini terdiri dari  3 filum yaitu :

1.      Filum Platyhelminthes
Platyhelminthes disebut cacing pipih. Platyhelminthes mempunyai tubuh lunak berbentuk pipih seperti pita atau daun. Tubuh cacing ini berukuran sangat kecil, namun panjangnya dapat mencapai beberapa mater. Hidup di air tawar serta di tempat lembab. Anggota platyhelminthes banyak yang hidup sebagai parasit. Platyhelminthes mempunyai alat penghisap. Filum Platyhelminthes dibagi dalam 3 kelas, yaitu Kelas Turbelaria, Kelas Trematoda dan Kelas Cestoda.

2.      Filum Nemathelminthes
Nemathelminthes disebut juga cacing benang. Tubuh tidak beruas-ruas, ukuran tubuh mikroskopis, tetapi ada yang makroskopis. Tubuh bagian luar ditutupi selapis kutikula. Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup pada inangnya dari pada cacing yang hidup bebas. Filum Nemnathelminthes terbagi menjadi dua kelas, yaitu Kelas Nematoda dan Kelas Nematomorpha.






3.      Filum Annelida
Annelida disebut cacing cincin, cacing gelang, atau cacing bersegmen. Annelida mempunyai saluran pencernaan yang sudah sempurna, namun tidak mempunyai rangka luar. Bentuk tubuh bulat panjang dan bersegmen-segmen seolah-olah seperti sederetan cincin memanjang. Segmen-segmen tidak hanya terdapat pada tubuh bagian luar, tetapi juga pada tubuh bagian dalam. Berdasarkan jumlah seta, Annelida dikelompokkan ke dalam 3 kelas yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.
Hal inilah yang melatar belakangi dilaksanakannya praktikum ini dan  diharapkan kepada seluruh praktikan agar dapat mengetahui secara langsung bagian-bagian dari spesies dari bangsa Vermes yang ada disekitar kita.


1.2  Tujuan

Untuk mengetahui dan mengamati habitat, ciri dan jenis, serta mengidentifikasi dan mengklasifikasi bangsa vermes pada suatu area pengamatan.










BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


Platyhelmintes di sebut cacing pipih. Platyhelminthes mempunyai tubuh lunak berbentuk pipih seperti pita atau daun. Beberapa cirri khas Platyhelmintes adalah:
-            Tubuh pipih dan bilateral simetris
-            Embrio memiliki tiga lapisan lembaga, belum memiliki selom
-            Epidermis lunak, bersilia atau tertutup laoisan lilin(kutikula)
-            Alat pencernaan belum sempurna, memiliki mulut tanpa anus
-            Tidak memiliki rongga tubuh
-            Alat sekresi berupa sel-sel api
-            Sistem saraf terdiri atas sepasang ganglion anterior yang dihubungkan oleh 1-3 pasang tali saraf memanjang
-            Bersifat hemafrodit, pembuahan terjadi secara internal
(Slamet Prawirohartono, 2005). 
 Pada Platyhelmintes sudah ada alat atau organ sederhana ialah misalnya pharynx bersifat muscular,ocelli, dan alat-alat yang lebih kompleks misalnya organ genitalia dan organ excretoria. Tetapi masih mempunyai sistem gastrovasculare dengan hanya satu muara keluar yang berfungsi baik sebagai mulut maupun sebagai anus (radiopoetra,1986).
Phylum Platyhelmintes merupakan phylum yang paling primitif diantara semuah fila dalam bilateral. Anggota dari phylum Platyhelmintes dengan bagus menggambarkan perubahan-perubahan dari bentuk nenek moyang planalad yang biradial menjadi bentuk bilateral yang kompleks ( Sugiarti,Dkk,2005)
Kata Nemathelmintes berasal dari bahasa latin Nema (benang) dan helminthes (cacing). Oleh sebab itu nemathelmintes disebut cacing benang. Tubuh tidak beruas-ruas dan saluran pencernaannya sempurna, karena memiliki mulut dan anus. Ukuran tubuh mikroskopis, tetapi ada yang makroskopis. Tubuh bagian luar ditutupi selapis kutikula. Ukuran tubuh cacing betina lebih besar dari pada cacing jantan dan ekor cacing jantan tampak bengkok (Amin, Dkk, 1994)
Annelida berasal dari bahasa latin Annelus berarti cincin kecil-kecil  atau  dan Oidos berarti bentuk, karena bentuk cacing seperti sejumlah besar cincin kecil yang di untai. Annelida terdapat di laut, air payau, air tawar dan beberapa di darat. Ciri khas dari filum Annelida adalah tubuh terbagi atas ruas-ruas yang sama panjang sumbu anteripr posterior. Istilah lain untuk ruas tubuh yang sama adalah metamere, somite atau segment. Bagian tubuh paling anterior disebut prostomium bukan suatu ruas, bagian ujung posterioe disebut pigidium terdapat anus (Sugiarti, dkk, 2005).





















BAB III

METODOLOGI


3.1.       Waktu dan Tempat

Adapun tempat dan waktu dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari/ Tangg                   : Jum’at, 20-22 april 2012
Tempat                          : Daerah Wisata Pusentasi                                          
                                         Kec. Banawa Kab. Donggala

3.2.       Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
A.    Alat
1.      Sarung tangan                            5.  Alat tulis menulis
2.      Alat penggali                             6.  Kamera
3.      Plastik gula                                7.  Thermometer
4.      Kertas label                                                                                           
B.     Bahan
1.      Alkohol 70%
2.      Formalin 20 %
3.      Sampel bangsa Vermes.






3.3.       Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:
a.    Menyiapkan alat dan bahan
b.    Mengobservasi kawasan yang akan dilakukan pengamatan.
c.    Mengukur keadaan fisik dan kimia lingkungan pengamatan.
d.   Mengambil sampel bangsa Vermes.
e.    Mengamati habitat, ciri-ciri dan bentuk spesies Vermes yang didapatkan.
f.     Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menggambar bagian-bagian serta menuliskan ciri-ciri sampel bangsa Vermes yang ditemukan.
g.    Memasukkan data ke dalam tabel hasil pengamatan.




















BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


1.1  Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
      Tabel lingkungan fisik dan lingkungan kimia
No
Parameter
Lingkungan
Kisaran
Waktu Amatan
Siang
Malam
1.
Suhu

330C
310C
280C
300C
2.
Salinitas
-
-
-
3.
Oksigen terlarut
-
-
-
4.
PH Air
-
-
-
5.
Kelembapan
72,2%








      Tabel hasil pengamatan phylum bangsa vermes

No
Nama jenis/klasifikasi
Gambar
keterangan
1.






Kingdom : Animalia
Phylum       : Annelida                                                                                                                                              
Class       : Oligoehaeta               
Ordo        : Opisthopare
Famili      : Opisthoparedae
Genus      : Pheretima
Spesies    : Pheretima Sp.
                 (Cacing tanah)

                           1                                                                                                
2         3                  4
1. Mulut (Anterior)
2. Klitelium
3. Segmen (ruas  tubuh)
4.Anus (Posterior)




Deskripsi :

Pheretima Sp.
·         Tubuh bersegmen
·         Memiliki sedikit seta
·         Panjang 5 cm

1.2  Pembahasan

Bangsa vermes merupakan bangsa cacing-cacingan, yang terdiri dari  3 filum yaitu Filum Platyhelminthes, Filum Nemathelminthes dan Filum Annelida, setiap Filum mepunyai ciri yang khas.
 Berdasarkan hasil pengamatan, sampel atau spesimen yang berhasil diperoleh yakni cacing tanah( Pheretima Sp.) termasuk dalam filum Annelida. Pheretima Sp. Merupakan hewan yang hidup didalam tanah. Hewan ini masuk pada kelas Oligochaeta yang mana hidupnya pada tanah yang becek, lembab atau tercemar. Sehingga pada tempat-tempat tersebut banyak ditemukan cacing-cacinsg yang masuk pada kelas Oligchaeta, salah satunya adalah Pheretima Sp. yang hidup pada suhu dan kelembaban tertentu, cacing ini menghindari panasnya sinar matahari, hal ini disebabkan karena mata dan kulitnya yang sensitive terhadap sinar matahari dan tidak hidup pada tanah yang terlalu banyak air.
Sampel Vermes ditemukan didarat dengan subtract/tempat hidup yang lembab dan lembek, dibawah bebatuan, kerikil atau kayu pada suhu  lingkungan 30°C dan kelembaban linkungan 72,2%.
 Dalam pengamatan ini, tidak ditemukan adanya cacing  dari filum Nemathilmintes dan Platyhelmintes. Hal ini karena spesies dari kedua filium ini  banyak yang hidup parasit pada hewan dan manusia dan umumnya berukuran mikroskopis.
Meskipun demikian jenis cacing Platyhelminthes ada yang hidup dilaut tetapi tidak didapatkan karena bersembunyi di batu dan mencari makan pada malam hari jadi kita tidak mendapatkan cacing jenis tersebut. Pada daerah pengamatan cukup sulit menemukan sampel bangsa vermes karena keadaan lingkungan yang kurang mendukung dimana daerahnya berbatu-batu, dan masih terkontaminasi oleh air laut.
Habitat yang cocok bagi cacing tanah adalah daerah tanah yang gembur yang banyak mengandung hunus. Untuk phylum Nemathelmites cukup sulit ditemukan karena cacing ini umumnya hidup parasit dimanusia. Sehingga cacing ditemukan hanya filum anelida.
Kondisi tanah merupakan faktor untuk menemukan pylum vermes dimana kita mengetahuinya tanah didaerah taman wisata pusentasi banyak berbukit-bukit sehingga cacing tanah sulit untuk ditemukan dan kondisi lingkungan tanah dimana daerah tersebut kurangnya makanan untuk cacing akibat tanah yang berbatu-batu.



BAB V

PENUTUP

5.1   Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan berdasarkan tujuan yaitu:
a.                  Habitat di darat dengan subtract/ tempat hidup pada daerah yang lembab dan jauh dari sinar matahari.
b.      Ciri-ciri bangsa Vermes yang ditemukan adalah :
1.      Cacing tanah (Pheretima Sp.)
-          Tubuh bersegmen dan panjang
-          Memiliki rongga tubuh
-          Memiliki mulut dan anus
c.    Bangsa Vermes yang ditemukan adalah filum Annelida yang terbagi atas 2 kelas, yakni Oligochaeta dan Hirudinea.
d.   Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Oligochaeta
Kelas               : Opisthopare
Ordo                : Opisthoparedae
Genus              : Pheretima
Spesies            : Pheretima Sp.

 5.2. Saran

Diharapkan kepda para praktikan untuk lebih memperhatikan arahan dari asisten, agar pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Moh, Dkk, 1994. Biologi II. Intan Pariwara. Klaten.
Prawirohartono, Slamet, 2005. Sains Biologi SMU Kelas 1.Bumi Aksara. Jakarta
Radiopoetra. 1984. Zoologi Invertebrata. Erlangga
Suwignyo Sugiarti, Dkk, 2005. Avertebrata Air I. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tim Pembina Mata Kuliah, 2008. Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata. UNTAD. Palu .