Tuesday, November 4, 2014

sistem pencernaan vertebrata

BAB 1
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Kingdom animalia memiliki beberapa tingkatan untuk membagi hewan-hewan yang terdapat di muka bumi ini. Tingkatan tertinggi pada kingdom animalia tersebut adalah mamalia dan terbagi lagi atas Reptil,Aves,Amphibi,dan Pisces Pada umumnya, semua jenis mamalia memiliki Struktur pencernaan yang berbeda pada tubuhnya namaun ada pula yang memiliki struktur pencernaan yang sama di tempat-tempat tertentu pada bagian tubuhnya.
Dalam Proses pencernaan setiap celass berbeda namun pada umunya proses pencernaan merupakan hal yang dilakukan untuk perkemmbang biakan dan pertumbuhan. Dalam Penceranaan disetiap kelas dibantu dengan kelenjar pencernaan untuk membantu proses penyerapan makanan.
Oleh karena itu perlulah kita mengetahui tentang karakteristik, struktur tubuh, cara hidup, dan habitat dari setiap celass dalam struktur pencernaanya beserta peranannya dalam kehidupan manusia guna menunjang pengetahuan







B.   Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang class Mamalia, Reptil,Amphibi,Aves, dan Pisces dalam struktur pencernaan dalam prose pencernaan.
 C.   Tujuan
1. Memberi pengetahuan tentang Struktur Pencernaan dalam proses sistem pencernaan
2. Mendeskripsikan ciri beserta struktur Pencernaan secara umum
3. Memberi pengetahuan tentang Alat pencernaan setiap class.



















BAB II
PEMBAHASAN

Sistem pencernaan (bahasa Inggris: digestive system) adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut.
  Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh terjadi di sepanjang saluran pencernaan (bahasa Inggris: gastrointestinal tract) dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari – sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa – sisa makanan melalui anus.
A. Mamalia
Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi,kerbau disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan ini lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain.
  Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan ruminansia, tampak pada struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar) yang besar, berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Di samping itu, pada hewan ruminansia terdapat modifikasi lambung yang dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam).
  Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasums 7-8′/o.Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot spingter berkontraksi. Abomasum merupakan lambung yang sesungguhnya pada hewan ruminansia.
  Hewan herbivora, seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti halnya pada sapi untuk fermentasi selulosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banvak mengandung bakteri. proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi dilambung. Akibatnya,
kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yaitu pada sekum. Sedangkan pada sapi, proses pencernaan terjadi dua kali, yaitu pada lambung dan sekum keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Adanya bakteri selulotik pada lambung hewan memamah biak merupakan bentuk simbiosis mutualisme yang dapat menghasilkan vitamin B serta asam amino. Di samping itu, bakteri ini dapat ,menghasilkan gas metan (CH4), sehingga dapat dipakai dalam pembuatan biogas sebagai sumber energi altematif.
Adapun Struktur pencernaanya :
1. Rongga Mulut ( Cavum oris )
            ( Gigi : Seri, Rahang, Geraham Belakang)
                  2.   Kerongkongan
                  3.   Lambung :  - Rumen   - Retikulum - Omasum  - Abomasum


B. Pisces
Struktur  Pencernaan Pada Ikan
  Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang.
Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan.
  Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besal, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membanfu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauary terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon insulin.




C. Reptil

Sebagaimana pada ikan dan amfibi, sistem pencernaan makanan pada reptil meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptil umumnya karnivora (pemakan daging).
Secara berturut-turut saluran pencernaan pada reptil meliputi:
1. Rongga mulut: bagian rongga mulut disokong oleh rahang atas dan bawah, masing-masing memiliki deretan gigi yang berbentuk kerucut, gigi menempel pada gusi dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut juga terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua.
2. Esofagus (kerongkongan).
3. Ventrikulus(lambung),
4. Intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang  bermuara    pada anus. Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Hati pada reptilia memiliki dua lobus (gelambirf dan berwarna kemerahan. Kantung empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pankreas berada di antara lambung dan duodenum, berbentuk pipih kekuning-kuningan.


D. Amphibi

Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. salah satu binatang amphibi adalah katak. Makanan katak berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada katak meliputi::
1. rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa,
2.  Esofagus; berupa saluran pendek.
3. ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus,
4. intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
5. Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloata, dan
6. kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine. Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus.


 Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan.pankreas berwarna
Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). Pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
     

















E. Aves
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, danbuah-buahan.Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
1.  paruh: merupakan modifikasi dari gigi.
2. rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut dan tanduk.
3. faring berupa saluran pendek esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpananmakananyangdapatdiisidengancepat.
4. Lambung terdiri atas:
- Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan,dindingototnyatipis.
-  Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai”hen’steeth”, burung merpati tidak terdapat kantung empedu.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat kami simpulkan bahwa :
1. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh terjadi di sepanjang saluran pencernaan (bahasa Inggris: gastrointestinal tract) dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari – sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa – sisa makanan melalui anus.
2. Struktur Pencernaan merupakan hal yang dilakukan dalam sistem pencernaan untuk perkemmbang biakan dan pertumbuhan. Dalam Penceranaan disetiap kelas dibantu dengan kelenjar pencernaan untuk membantu proses penyerapan makanan.





sistem rangka vertebrata

KATA PENGANTAR      Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang merupakan tugas mata kuliah Struktur Hewan.
     Dengan keterbukaan dan keikhlasan untuk mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena masih banyak kekurangannya, sehingga segala kritik dan saran dari semua  pihak  yang bersifat  membangun  sangat kami  harapkan demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya, dan pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang  setinggi-tingginya kepada dosen mata kuliah Struktur Hewan yang telah membina dan mendidik mahasiswa, dalam rangka pengembangan ilmu  terutama untuk mata kuliah Struktur Hewan ini.
     Akhirnya semoga Allah SWT dapat memberikan imbalan yang setimpal atas segala bimbingan yang diberikan kepada kami, dengan  harapan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi kami sebagai penyusun, meskipun isinya belum sampai pada keinginan sebagaimana diharapkan.
                                                                                                Palu,  November  2011
                                                                                                         Penyusun   BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang                Gerak adalah suatu tanggapan terhadap rangsangan baik dari dalam maupun dari luar. Gerak dapat berupa gerakan sebagian anggota tubuh maupun seluruh tubuh, misalnya berpindah tempat.
                Gerak pada manusia disebabkan oleh kontraksi otot yang menggerakkan tulang. Jadi, gerak merupakan kerja sama antara tulang dan otot. Tulang disebut alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot, sedangkan otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu menggerakkan tulang. Bila otot atau tulang terganggu tentu gerakan akan ikut terganggu pula.                Pada pembahasan yang akan diuraikan dalam makalah ini, lebih menyangkut kepada rangka. Membicarakan rangka, berarti membicarakan tulang-tulang. Skelet (rangka) dilihat dari pertumbuhannya dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu mesenkim, rawan, dan tulang.                Dilihat dari beberapa hal di atas, maka inilah yang melatarbelakangi penyusunan makalah mengenai sistem rangka. 1.2  Tujuan
                Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih memahami mengenai sistem rangka.    BAB IIPEMBAHASAN 2.1 Cara Pertumbuhan Skelet              Melihat cara pertumbuhannya, skelet (endoskelet) melalui tiga tingkatan :
a.       Mesenkim
            Mesenkim ini biasanya berkelompok pada daerah-daerah skeletogen (sceletogenous region) yang mempunyai potensi untuk pembentukan rangka. Dapat langsung menghasilkan tulang seperti osteoderm, dan dermatocranium, tetapi dapat juga menghasilkan jaringan yang disebut rawan.b.      Rawan
            Rawan akan memberikan pola dasar dari bentuk endoskelet, biasanya terdapat pada embrio vertebrata. Pada vertebrata rendah seperti Chondrychthyes, rawan terdapat sampai dewasa, kadang-kadang tejadi kalsifikasi (pengapuran) sebagai pengokoh.c.       Tulang
            Rawan dengan penulangan endokondral dirombak dan diganti menjadi tulang.2.2 Bagian Rangka Utama                        Rangka dapat dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu :a.       Skelet aksial atau skelet sumbu , dibagi menjadi :
-  Korda atau notokord : embrional atau sampai dewasa.
-  Kranium atau tengkorak
-  Kolumna vertebralis atau ruas-ruas tulang belakang.
-  Kosta atau rusuk.
-  Sternum atau tulang dada.
b.      Skelet appendikular atau rangka anggota badan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
-  Gelang pektoral atau gelang bahu + anggota depan.
-  Gelang pelvik atau gelang panggul + anggota belakang.
 A.       Skelet Aksial
-  Tengkorak (cranium)
            Cranium tak lain adalah salah satu endoskelet yang terdapat di daerah kepala, serta tempat bersemayamnya otak dan indera-indera utama. Meskipun cranium tampak merupakan kesatuan yang utuh, ia disusun oleh bagian-bagian tulang yang bermacam-macam yang menjadi satu kesatuan yang kompleks. Pada cranium, kita kenali :1.      Neurocranium, bagian cranium utama yang merupakan kotak tempat otak disimpan (brain case). Bila seluruhnya masih dibangun oleh rawan dinamakan chondrocranium.
2.      Sphlanchnocranium (viscerocranium), merupakan skelet atau tulang yang mengelilingi rongga mulut, pharynx dan insang.
3.      Dermatocranium, seluruh skelet cranium yang berasal dari penulangan dermal, baik neuro Sphlancnocranium.
 -  Ruas-ruas tulang belakang (Columna vertebralis)
      Ruas tulang belakang mempunyai bentuk dasar yang sama yaitu terdiri dari :1.      Badan disebut juga corpus atau centrum. Letak dari centrum pada hewan dewasa ditentukan oleh korda embrio. Bentuk centrum dari vertebra mempunyai bentuk-bentuk khusus yaitu :
a.       Type amphicoeles, dianggap bentuk yang paling primitif. Kedua ujungnya bikonfag.
b.      Type procoelus, bagian anterior konfag, bagian posteriornya datar.
c.       Type opisthocoel, bagian posterior konfag, dan bagian anterior dapat plan atau konveks.
d.      Type acoel, disebut juga amphiplaty atau biplan. Karasteristik untuk vertebra mamalia umumnya. Antara dua vertebra terdapat keping tulang yang kadang-kadang tetap berupa rawan disebut keping rawan atau keping intervertebral.
e.       Type heterocoel, terdapat pada vertebra cervic dan vertebra thoraks bangsa burung. Permukaan depan dan belakang berbentuk pelana.
2.      Lengkung disebut arcus atau arc, dibagi menjadi :
a.       Lengkung neural
b.      Lengkung haemal (diisi oleh arteri + vena kaudalis)
c.       Tonjolan (proccessus atau apophysis), terbagi menjadi :
·         yang berfungsi untuk bersendian dengan vertebrata tetangganya.
·         Yang berfungsi untuk melekatnya rusuk-rusuk.
·         Yang mempunyai fungsi untuk melekatnya urat atau tendon.
 -  Rusuk (Costae)
      Bagian-bagian rusuk terdiri dari dua bagian yaitu :a.       Bagian vertebra berupa tulang.
b.      Bagian costal + sternal sering berupa rawan.
 -  Sternum / apparatus sterna
      Khas terdapat pada tetrapoda, letaknya medioventral dan berhubungan dengan gelang pectoral. Kombinasi antara apparatus sternal, rusuk, gelang pectoral dan columna vertebralis, sangat penting untuk mengokohkan rongga toraks yang berisi paru-paru untuk bernafas.       Posisi sternum terhadap gelang pectoralis :a.       Prezonal : sternum atau aparatus sternum terletak anterior dari gelang pectoral.
b.      Postzonal : sternum atau aparatus sternum terletak posterior dari gelang pectoral.
 B.     Skelet appendicular
Dibangun oleh :a.       Gelang pectoral, padanya melekat stirimitas depan yang dapat berupa rawan atau tulang.
b.      Gelang pelvic, padanya melekat ekstrimitas belakang, juga dapat berupa rawan atau tulang.
       Biasanya gelang pelvic lebih besar dan kokoh, terutama pada hewan-hewan bipadal. Gelang pelvic berhubungan dengan columna vertebralis via vertebrata sacral dan dianggap berasal dari sepasang pterygophor basal (Hyman).
    
         BAB IIIPENUTUP 3.1  Kesimpulan
   Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah pada sistem rangka, untuk perkembangannya dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu mesenkim, rawan, dan tulang. Selain itu sistem rangka dapat dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu skelet aksial dan skelet appendikular.