Tuesday, November 4, 2014

sistem pencernaan vertebrata

BAB 1
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Kingdom animalia memiliki beberapa tingkatan untuk membagi hewan-hewan yang terdapat di muka bumi ini. Tingkatan tertinggi pada kingdom animalia tersebut adalah mamalia dan terbagi lagi atas Reptil,Aves,Amphibi,dan Pisces Pada umumnya, semua jenis mamalia memiliki Struktur pencernaan yang berbeda pada tubuhnya namaun ada pula yang memiliki struktur pencernaan yang sama di tempat-tempat tertentu pada bagian tubuhnya.
Dalam Proses pencernaan setiap celass berbeda namun pada umunya proses pencernaan merupakan hal yang dilakukan untuk perkemmbang biakan dan pertumbuhan. Dalam Penceranaan disetiap kelas dibantu dengan kelenjar pencernaan untuk membantu proses penyerapan makanan.
Oleh karena itu perlulah kita mengetahui tentang karakteristik, struktur tubuh, cara hidup, dan habitat dari setiap celass dalam struktur pencernaanya beserta peranannya dalam kehidupan manusia guna menunjang pengetahuan







B.   Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang class Mamalia, Reptil,Amphibi,Aves, dan Pisces dalam struktur pencernaan dalam prose pencernaan.
 C.   Tujuan
1. Memberi pengetahuan tentang Struktur Pencernaan dalam proses sistem pencernaan
2. Mendeskripsikan ciri beserta struktur Pencernaan secara umum
3. Memberi pengetahuan tentang Alat pencernaan setiap class.



















BAB II
PEMBAHASAN

Sistem pencernaan (bahasa Inggris: digestive system) adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut.
  Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh terjadi di sepanjang saluran pencernaan (bahasa Inggris: gastrointestinal tract) dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari – sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa – sisa makanan melalui anus.
A. Mamalia
Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi,kerbau disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan ini lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain.
  Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan ruminansia, tampak pada struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar) yang besar, berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Di samping itu, pada hewan ruminansia terdapat modifikasi lambung yang dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam).
  Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasums 7-8′/o.Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot spingter berkontraksi. Abomasum merupakan lambung yang sesungguhnya pada hewan ruminansia.
  Hewan herbivora, seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti halnya pada sapi untuk fermentasi selulosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banvak mengandung bakteri. proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi dilambung. Akibatnya,
kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yaitu pada sekum. Sedangkan pada sapi, proses pencernaan terjadi dua kali, yaitu pada lambung dan sekum keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Adanya bakteri selulotik pada lambung hewan memamah biak merupakan bentuk simbiosis mutualisme yang dapat menghasilkan vitamin B serta asam amino. Di samping itu, bakteri ini dapat ,menghasilkan gas metan (CH4), sehingga dapat dipakai dalam pembuatan biogas sebagai sumber energi altematif.
Adapun Struktur pencernaanya :
1. Rongga Mulut ( Cavum oris )
            ( Gigi : Seri, Rahang, Geraham Belakang)
                  2.   Kerongkongan
                  3.   Lambung :  - Rumen   - Retikulum - Omasum  - Abomasum


B. Pisces
Struktur  Pencernaan Pada Ikan
  Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang.
Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan.
  Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besal, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membanfu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauary terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon insulin.




C. Reptil

Sebagaimana pada ikan dan amfibi, sistem pencernaan makanan pada reptil meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptil umumnya karnivora (pemakan daging).
Secara berturut-turut saluran pencernaan pada reptil meliputi:
1. Rongga mulut: bagian rongga mulut disokong oleh rahang atas dan bawah, masing-masing memiliki deretan gigi yang berbentuk kerucut, gigi menempel pada gusi dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut juga terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua.
2. Esofagus (kerongkongan).
3. Ventrikulus(lambung),
4. Intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang  bermuara    pada anus. Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Hati pada reptilia memiliki dua lobus (gelambirf dan berwarna kemerahan. Kantung empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pankreas berada di antara lambung dan duodenum, berbentuk pipih kekuning-kuningan.


D. Amphibi

Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. salah satu binatang amphibi adalah katak. Makanan katak berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada katak meliputi::
1. rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa,
2.  Esofagus; berupa saluran pendek.
3. ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus,
4. intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
5. Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloata, dan
6. kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine. Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus.


 Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan.pankreas berwarna
Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). Pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
     

















E. Aves
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, danbuah-buahan.Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
1.  paruh: merupakan modifikasi dari gigi.
2. rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut dan tanduk.
3. faring berupa saluran pendek esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpananmakananyangdapatdiisidengancepat.
4. Lambung terdiri atas:
- Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan,dindingototnyatipis.
-  Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai”hen’steeth”, burung merpati tidak terdapat kantung empedu.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat kami simpulkan bahwa :
1. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh terjadi di sepanjang saluran pencernaan (bahasa Inggris: gastrointestinal tract) dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari – sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa – sisa makanan melalui anus.
2. Struktur Pencernaan merupakan hal yang dilakukan dalam sistem pencernaan untuk perkemmbang biakan dan pertumbuhan. Dalam Penceranaan disetiap kelas dibantu dengan kelenjar pencernaan untuk membantu proses penyerapan makanan.





sistem rangka vertebrata

KATA PENGANTAR      Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang merupakan tugas mata kuliah Struktur Hewan.
     Dengan keterbukaan dan keikhlasan untuk mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena masih banyak kekurangannya, sehingga segala kritik dan saran dari semua  pihak  yang bersifat  membangun  sangat kami  harapkan demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya, dan pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang  setinggi-tingginya kepada dosen mata kuliah Struktur Hewan yang telah membina dan mendidik mahasiswa, dalam rangka pengembangan ilmu  terutama untuk mata kuliah Struktur Hewan ini.
     Akhirnya semoga Allah SWT dapat memberikan imbalan yang setimpal atas segala bimbingan yang diberikan kepada kami, dengan  harapan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi kami sebagai penyusun, meskipun isinya belum sampai pada keinginan sebagaimana diharapkan.
                                                                                                Palu,  November  2011
                                                                                                         Penyusun   BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang                Gerak adalah suatu tanggapan terhadap rangsangan baik dari dalam maupun dari luar. Gerak dapat berupa gerakan sebagian anggota tubuh maupun seluruh tubuh, misalnya berpindah tempat.
                Gerak pada manusia disebabkan oleh kontraksi otot yang menggerakkan tulang. Jadi, gerak merupakan kerja sama antara tulang dan otot. Tulang disebut alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot, sedangkan otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu menggerakkan tulang. Bila otot atau tulang terganggu tentu gerakan akan ikut terganggu pula.                Pada pembahasan yang akan diuraikan dalam makalah ini, lebih menyangkut kepada rangka. Membicarakan rangka, berarti membicarakan tulang-tulang. Skelet (rangka) dilihat dari pertumbuhannya dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu mesenkim, rawan, dan tulang.                Dilihat dari beberapa hal di atas, maka inilah yang melatarbelakangi penyusunan makalah mengenai sistem rangka. 1.2  Tujuan
                Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih memahami mengenai sistem rangka.    BAB IIPEMBAHASAN 2.1 Cara Pertumbuhan Skelet              Melihat cara pertumbuhannya, skelet (endoskelet) melalui tiga tingkatan :
a.       Mesenkim
            Mesenkim ini biasanya berkelompok pada daerah-daerah skeletogen (sceletogenous region) yang mempunyai potensi untuk pembentukan rangka. Dapat langsung menghasilkan tulang seperti osteoderm, dan dermatocranium, tetapi dapat juga menghasilkan jaringan yang disebut rawan.b.      Rawan
            Rawan akan memberikan pola dasar dari bentuk endoskelet, biasanya terdapat pada embrio vertebrata. Pada vertebrata rendah seperti Chondrychthyes, rawan terdapat sampai dewasa, kadang-kadang tejadi kalsifikasi (pengapuran) sebagai pengokoh.c.       Tulang
            Rawan dengan penulangan endokondral dirombak dan diganti menjadi tulang.2.2 Bagian Rangka Utama                        Rangka dapat dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu :a.       Skelet aksial atau skelet sumbu , dibagi menjadi :
-  Korda atau notokord : embrional atau sampai dewasa.
-  Kranium atau tengkorak
-  Kolumna vertebralis atau ruas-ruas tulang belakang.
-  Kosta atau rusuk.
-  Sternum atau tulang dada.
b.      Skelet appendikular atau rangka anggota badan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
-  Gelang pektoral atau gelang bahu + anggota depan.
-  Gelang pelvik atau gelang panggul + anggota belakang.
 A.       Skelet Aksial
-  Tengkorak (cranium)
            Cranium tak lain adalah salah satu endoskelet yang terdapat di daerah kepala, serta tempat bersemayamnya otak dan indera-indera utama. Meskipun cranium tampak merupakan kesatuan yang utuh, ia disusun oleh bagian-bagian tulang yang bermacam-macam yang menjadi satu kesatuan yang kompleks. Pada cranium, kita kenali :1.      Neurocranium, bagian cranium utama yang merupakan kotak tempat otak disimpan (brain case). Bila seluruhnya masih dibangun oleh rawan dinamakan chondrocranium.
2.      Sphlanchnocranium (viscerocranium), merupakan skelet atau tulang yang mengelilingi rongga mulut, pharynx dan insang.
3.      Dermatocranium, seluruh skelet cranium yang berasal dari penulangan dermal, baik neuro Sphlancnocranium.
 -  Ruas-ruas tulang belakang (Columna vertebralis)
      Ruas tulang belakang mempunyai bentuk dasar yang sama yaitu terdiri dari :1.      Badan disebut juga corpus atau centrum. Letak dari centrum pada hewan dewasa ditentukan oleh korda embrio. Bentuk centrum dari vertebra mempunyai bentuk-bentuk khusus yaitu :
a.       Type amphicoeles, dianggap bentuk yang paling primitif. Kedua ujungnya bikonfag.
b.      Type procoelus, bagian anterior konfag, bagian posteriornya datar.
c.       Type opisthocoel, bagian posterior konfag, dan bagian anterior dapat plan atau konveks.
d.      Type acoel, disebut juga amphiplaty atau biplan. Karasteristik untuk vertebra mamalia umumnya. Antara dua vertebra terdapat keping tulang yang kadang-kadang tetap berupa rawan disebut keping rawan atau keping intervertebral.
e.       Type heterocoel, terdapat pada vertebra cervic dan vertebra thoraks bangsa burung. Permukaan depan dan belakang berbentuk pelana.
2.      Lengkung disebut arcus atau arc, dibagi menjadi :
a.       Lengkung neural
b.      Lengkung haemal (diisi oleh arteri + vena kaudalis)
c.       Tonjolan (proccessus atau apophysis), terbagi menjadi :
·         yang berfungsi untuk bersendian dengan vertebrata tetangganya.
·         Yang berfungsi untuk melekatnya rusuk-rusuk.
·         Yang mempunyai fungsi untuk melekatnya urat atau tendon.
 -  Rusuk (Costae)
      Bagian-bagian rusuk terdiri dari dua bagian yaitu :a.       Bagian vertebra berupa tulang.
b.      Bagian costal + sternal sering berupa rawan.
 -  Sternum / apparatus sterna
      Khas terdapat pada tetrapoda, letaknya medioventral dan berhubungan dengan gelang pectoral. Kombinasi antara apparatus sternal, rusuk, gelang pectoral dan columna vertebralis, sangat penting untuk mengokohkan rongga toraks yang berisi paru-paru untuk bernafas.       Posisi sternum terhadap gelang pectoralis :a.       Prezonal : sternum atau aparatus sternum terletak anterior dari gelang pectoral.
b.      Postzonal : sternum atau aparatus sternum terletak posterior dari gelang pectoral.
 B.     Skelet appendicular
Dibangun oleh :a.       Gelang pectoral, padanya melekat stirimitas depan yang dapat berupa rawan atau tulang.
b.      Gelang pelvic, padanya melekat ekstrimitas belakang, juga dapat berupa rawan atau tulang.
       Biasanya gelang pelvic lebih besar dan kokoh, terutama pada hewan-hewan bipadal. Gelang pelvic berhubungan dengan columna vertebralis via vertebrata sacral dan dianggap berasal dari sepasang pterygophor basal (Hyman).
    
         BAB IIIPENUTUP 3.1  Kesimpulan
   Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah pada sistem rangka, untuk perkembangannya dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu mesenkim, rawan, dan tulang. Selain itu sistem rangka dapat dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu skelet aksial dan skelet appendikular. 

Wednesday, April 24, 2013

teknik isolasi ,identifikasi ,perbanyakan , dan pemeliharaan


BAB I
PENDAHULAN

1.1  Latar belakang
           Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat baktri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain.Populasi mikroorganisme yang ada di alam sekitar kita ini ssangatlah besar dan cukup kompleks. Beratus spesies mikroba menguasai setiap bagian tubuh kita. Mereka terdapat dalam jumlah yang cukup basar. Sebagai contoh, sekali kita bersin dapat mnebarkan beribu- ribu mikroorganisme.
          Penelitian yang layak mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau yang biasanya dikenal dengan istilah biakan campuran, menjadi spsies yang berbeda- beda yang bikenal dengan istilah biakan murni. Biakan murni in teerdiri dari satu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk (Pelczar, 1986).
        Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, kapng dan sebagainya. Populasi dari mikroba yang ada di linkungan ini sangatlah beraneka ragam sehinga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni yang tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk menngisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resisten terhadap suatu antibiotik.
diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, substrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, jamur, kapang dll. Populasi mikroba di lingkungan sangan beranekaragam sehingga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk mengisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resistem terhadap suatu antibiotik.atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk bioremediasi holokarbon (Ferdiaz, 1992).

1.2  Masalah
 Adapun masalah dari di buatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
·         Apakah yang dimaksud dengan isolasi mikroorganisme?
·         Apa yang di maksud dengan perbanyakan dan bagaimanakah cara mengidentifikasi serta cara pemeliharaan bakteri?

1.3  tujuan
adapun tujuan di buatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
·         agar kita dapat mengetahui tentang isolasi mikroorganisme serta cara melakukannya
·         agar kita dapat mengetahui cara memperbanyak bakteri serta cara mengidentifikasi dan cara pemeliharaannya

1.4  manfaat
adapun manfaat dari di buatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
·         memudahkan pembaca ketika hendak melaksanakan praktikum di laboratorium           mengenai mikroorganisme
·         sebagai pengetahuan dasar bagi pembaca mengenai teknik isolasi, perbanyakan , identifikasi, serta pemelihraan mikroorganisme.



 BAB II
PEMBAHASAN

1.1  Isolasi mikroorganisme
       Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya (Sutedjo, 1996).
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi mikroorganisme adalah
*      Sifat dan jenis mikroorganisme
*       Habitat mikroorganisme
*       Medium pertumbuhan
*       Cara menginokulasi dan inkubasi
*       Cara mengidentifikasi
*       Cara pemeliharaannya


   Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu (Admin, 2008) :

v  Isolasi pada agar cawan

          Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal.. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada cawan agar, yaitu: metode gores kuadrat dan metode agar cawan tuang. Metode gores kuadart bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme dimana setiap koloni baresal dari satu sel. Metode agar tuang berbeda dengan etode gores kuadrat, cawan tuang menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan 50 oC, yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah diatas permukaan/ didalam cawan.

v  Isolasi pada medium cair
     Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
v  Isolasi sel tunggal
        Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.
Adapun prinsp dari metode cawan ini adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada suatu medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan alat bantu seperti mikroskop dan sebagainya. Metode hiting cwan ini merupakan cara yang paling sensitive untuk menentukan jumlah jasad renik karena beberapa hal yaitu:
1.     Hanya sel yang masij hidup yang dihitung
2.    Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus
3.    Dapat digunakan untuk mengisolasi dan identifikasi jasad renik kerena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari suatu jasad renik yang mempunyai penampakan yang spesifik (Muslim, 2011).

·         Berikut ini beberapa sifat-sifat koloni pada agar lempeng mengenai bentuk, permukaan dan tepi yaitu:
§  Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat, berbenang, takteratur seruapa akar dan serupa kumparan
§  Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung, timbil mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah
§  Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang berigi, ada yang berbenang-benang dan ada yang keriting (Dwidjoseputro, 2005).

·         Sedangkan menurut Nuniek isolasi mikroba dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara yaitu:

v  Isolasi mikroba dengan cara penggoresan
      Tujuan utama dari penggoresan ini adalah untuk menghasilkan koloni-koloni bakteri yang  terpisah dengan baik dari suspensi sel yang pekat. Cara ini lebih menguntungkan bila  ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tapi memerlukan ketrampilan yang diperoleh  dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah.  Ada beberapa teknik goresan, antara lain :
  1. Goresan T
  2. Goresan kuadran
  3. Goresan radian
  4. Goresan sinambung (Nuniek, 2001).
v  . Isolasi mikroba dengan cara penaburan
Cara penaburan ( pour plate) merupakan cara yang kedua di samping penggoresan untuk  memperoleh biakan murni dari biakan campuran mikroba. Cara ini berbeda dari cara penggoresan dimana media agar diinokulasi dalam keadaan tetap cair yaitu pada suhu 450C, dan demikian pula koloni-koloni akan berkembang di seluruh media, tidak hanya pada permukaan. Untuk beberapa tujuan hal ini menguntungkan, contohnya dalam  mempelajari pertumbuhan koloni streptococcal pada sel-sel darah merah. Supaya koloni yang tumbuh dalam cawan tidak terlalu banyak ataupun sedikit maka contoh diencerkan hingga beberapa kali pengenceran dan ditaburkan pada beberapa cawan.


2.2 Perbanyakan Mikroorganisme
           Perbanyakan Mikroba dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain dengan Biopestisida. Biopestisida adalah Suatu pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri patogen, virus dan jamur. Pestisida biologi yang saat ini telah banyak dipakai adalah jenis insektisida biologi (mikroorganisme pengendali serangga) dan jenis fungisida biologi (mikroorganisme pengendali jamur). Meskipun jenis-jenis lain seperti bakterisida, nematisida dan herbisida biologi telah banyak diteliti, tetapi saat ini belum banyak dipakai dan juga untuk dikomersilkan.
v  Ada dua teknik perbanyakan mikroba yaitu:

1.secara aerobic (kultur cair,kultur padat)
2.Secara anaerobic (demontrasi)

2.3 Identifikasi mikroorganisme
v  Dalam mengidentifikasian mikroorganisme pada makalah ini di contohkan pada salah satu jenis mikroorganisme yakni bakteri.
Metode untuk mengidentifikasi bakteri ada beberapa macam, di antaranya:
  1. Morfologi Makroskopi   : dilakukan dengan mengamati karakteristik dari pola pertumbuhan mikroorganisme pada media buatan yang diamati dengan mata telanjang (tanpa alat bantu).
  2. Morfologi Mikroskopi    : dilakukan dengan mengamati ukuran, bentuk, isi sel, organel sel, dan susunan sel ketika diamati dengan mikroskop pada perbesaran tertentu.
  3. Karakteristik zat warna (pewarnaan) : kemampuan mikroorganisme untuk biasanya digunakan dengan pemeriksaan secara mikroskopi sebagai bagian dari identifikasi bakteri.
  4. Persyaratan lingkungan : kemampuan mikroorganisme untuk hidup pada berbagai suhu, menggunakan oksigen atau gas lain, pada berbagai tingkat pH, atau pun keberadaan ion dan garam lainnya seperti NaCl.
  5. Persyaratan nutris : kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan berbagai macam sumber karbon dan nitrogen sebagai substrat bernutrisi ketika tumbuh pada keadaan lingkungan tertentu.
  6. Resistens  : menujukkan karakteristik resistensi terhadap antibiotik tertentu, logam berat pada mikroorganisme tertentu
  7. Antig   : menentukan karakteristik mikroorganisme dengan berbagai macam metode serologi dan imunologi
  8. Subseluler  : menentukan bagian – bagian molekuler sel yang menjadi tipe pada beberapa takson, kelompok organisme, dengan menggunakan metode analisis. Contohnya, komponen dinding sel, membran sel, dan komponen dari enzim dari sel membrane
2.4 Pemeliharaan mikroorganisme
Pemeliharaan kultur mikroorganisme umumnya menggunakan medium yang sudah disterilisasi, baik berupa medium cair maupun medium padat dan dilakukan secara aseptik. Penyimpanan dan pemeliharaan kultur cair yaitu dengan menumbuhkan suatu kultur mikroorganisme dalam suatu medium cair dengan suhu dan waktu inkubasi tertentu tergantung pada jenis mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme ditandai dengan adanya kekeruhan, bentuk cincin, pelikel, dan flokulen serta ada tidaknya endapan. Kultur cair dapat disimpan dengan cara dibekukan atau dikeringkan sehingga sel-sel mikroorganisme berada dalam keadaan dorman yaitu tidak dapat tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak mati. Penyimpanan dan pemeliharaan kultur padat yaitu dengan menumbuhkan suatu kultur mikroorganisme dalam suatu media padat, baik dengan metode agar miring, agar tegak maupun agar cawan.
Agar dapat mempelajari sifat pertumbuhan dari masing-masing jenis mikroorganisme, maka setiap mikroorganisme yang berbeda dipisahkan satu dengan yang lainnya, sehingga terbentuk suatu kultur murni yang disebut isolat. Kultur murni yaitu suatu biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu spesies atau satu galur mikroorganisme. Kultur murni dapat diperoleh dengan cara isolasi baik dengan menggunakan metode gores (streak), metoda tanam (plant), metoda tusuk (stab), dan metoda tuang.
Salah satu cara dalam penyimpanan dan pemeliharaan mikroba adalah dengan cara peremajaan berkala. Peremajaan yakni dengan cara memindahkan atau memperbaharui biakan mikroorganisme dari biakan lama ke media tumbuh yang baru secara berkala. Pertumbuhan suatu mikroba dapat ditinjau dari 2 segi :
-          pertumbuhan dari segi sel sebagi indifidu
-          pertumbuhan dari segi kelompok sebagai suatu populasi
Pertumbuhan populasi diartikan sebagai adanya penambahan volume serta bagian-bagian lainnya yang diartikan juga penambahan kuantitas atau kandungan didalam selnya. Sedangkan pertumbuhan populasi merupakan akibat dari adanya pertumbuhan individu, misalkan dari satu sel menjadi dua, dari dua menjadi empat, dan seterusnya hingga jumlahnya mencapai tujuan.
Tetapi pada mikroba pertumbuhan individu (sel) dapat berubah menjadi pertumbuhan populasi sehingga batas antara pertumbuhan sel sebagai individu dan satu kesatuan populasi yang kemudian terjadi kadang-kadang karena terlalu cepat perubahannya sehingga sulit untuk diamati.
Adapun temperatur merupakan salah satu faktor untuk mempengaruhi mikroba batas temperatur bagi kehidupan mokroba terletak antara 0 - 900 C. Batas temperatur bagi miokroba dibagi 3, yaitu:
-          Minimum
-          Optimum
-          Maksimum














BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan

v         Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan.
v  Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi mikroorganisme adalah:

o   Sifat dan jenis mikroorganisme
o    Habitat mikroorganisme
o    Medium pertumbuhan
o    Cara menginokulasi dan inkubasi
o    Cara mengidentifikasi
o    Cara pemeliharaannya
v    Perbanyakan Mikroba dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain dengan Biopestisida. Biopestisida adalah Suatu pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri patogen, virus dan jamur.
v  Pemeliharaan kultur mikroorganisme umumnya menggunakan medium yang sudah disterilisasi, baik berupa medium cair maupun medium padat dan dilakukan secara aseptik.

3.2 saran
Adapun saran dari penulis kepada pembaca dalam makalah ini agar pembaca dapat emberikan masukan yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.